Perawatan korektif atau Corrective Maintenance (selanjutnya akan disebut “CM” dalam tulisan ini) merupakan tindakan perawatan untuk mengembalikan fungsi sebuah peralatan produksi yang mengalami kerusakan, baik ringan, sedang maupun parah, agar bisa melakukan fungsinya dalam mendukung proses produksi dalam sebuah plant atau pabrik. CM juga ada yang menyebutnya dengan istilah repair atau service. Pengertian versi wikipedia bisa diklik di sini. Dalam dunia instrumentasi, contoh CM adalah pembersihan bore control valve karena tersumbat (plugging) dan lain-lain.
Contoh CM di rumah adalah jika mesin pompa air kita bocor, maka kita usahakan untuk menambalnya sebisa kita, misalnya dengan liquid gasket.
CM di plant/pabrik ada kalanya berbeda dengan CM untuk peralatan rumah tangga semisal mesin pompa air tadi.
Contoh: Kembali ke contoh di atas, misalnya pompa air kita mengalami kebocoran, maka sebisanya kita menambal kebocoran tersebut, karena kita berpikir itu adalah masalah yang bisa kita atasi tanpa perlu mengganti keseluruhan mesin pompa air. Andai kata kebocoran terjadi lagi, maka kitapun menambalnya kembali. Dan mengganti keseluruhan poma menjadi alternatif terakhir.
Pendekatan seperti contoh di atas adakalanya tidak bis kita terapkan di plant/pabrik dimana kita bekerja, bahkan untuk kasus tertentu, dinyatakan tidak boleh. Karena adanya tuntutan (demand) dan resiko (risk) yang berbeda dengan keadaan di rumah.
Plant memerlukan:
- Safety, baik untuk manusia, peralatan maupun lingkungan.
- Reliability, yaitu kehandalan yang harus dimiliki oleh peralatan.
- Availability, yaitu kesiapan peralatan agar selalu ada dalam keadaan siap pakai.
Berdasarkan keperluan di atas, pada kasus tertentu, perbaikan atau modifikasi terhadap sebuah peralatan tidak boleh dilakukan di plant. Kalaupun dilakukan CM, perbaikan atau modifikasi, maka harus dilakukan oleh vendor yang bersertifikat.
Contohnya adalah Antisurge Control Valve pada aplikasi kompresor, misalnya mengalami kebocoran pada packing set, memang dengan relatif mudah bisa kita (teknisi) lakukan, tetapi melihat pentingnya anti surge control valve baik sebagai fungsi control maupun sebagai fungsi safety, hal itu tidak boleh kita lakukan karena antisurge valve tersebut selain sebagai fungsi capacity control untuk kasus tertentu, juga sebagai fungsi safety untuk melindungi kompresor dari kerusakan mekanis yang lebih parah.
Jadi, walaupun kita bisa memperbaiki antisurge valve tersebut, jika terjadi kegagalan dan mengakibatkan kerusakan mekanis yang parah pada kompresor, bukan penghematan yang kita (perusahaan kita) dapatkan, tetapi perbaikan besar pada kompresor. Selain itu, ada faktor akuntabilitas dari pekerjaan tersebut, karena kita (teknisi) tidak bersertifikat untuk melakukan hal itu, paling tidak dari sudut pandang vendor kompresornya, dan urusannya akan panjang ke isu garansi dan sebagainya.
Pada kasus di atas, penggantian antisurge valve secara keseluruhan lebih diutamakan dan diharuskan dibanding dengan kita memperbaikinya sendiri. Karena penggantian sebuah antisurge valve yang “hanya” beberapa ratus ribu dolar tidak akan sebanding dengan biaya biaya perbaikan kompresor yang beratur-ratus ribu dolar, belum lagi Lost Production Opportunity yang membengkak sampai jutaan dolar.
Akan tetapi, jika kita menghadapi kerusakan pada sistem yang tidak begitu kritikal, boleh saja kita lakukan perbaikan sendiri, semisal mengganti packing set pada control valve tadi, yang diaplikasikan pada sistem yang tidak begitu krusial.
Jadi sebagai teknisi, kita jangan terlalu tergiur dengan kemudahan sebuah pekerjaan. Yang harus kita prioritaskan adalah mengetahui seberaba besar resiko yang akan timbul jika peralatan mengalami malfunction (gagal fungsi) baik dari sisi safety, reliability maupun availability. Sehingga mengganti keseluruhan sebuah peralatan patut dipertimbangkan dibanding dengan memperbaikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar