spider

ANDRIANFALZYAH.BLOGSPOT . GUE BLOG KREATIV DAN INOVATIV

Sabtu, 18 Mei 2013

Refrigerant Pressure Gauge



Refrigerant Pressure Gauge
Ada dua jenis pressure gauge, yaitu:
1. Pressure gauge teknikal (technical pressure gauge)
2. Pressure gauge mutlak (absolute pressure gauge)
Cara membedakan pressure gauge teknikal dan pressure gauge mutlak sangat mudah, yaitu:
Secara sederhananya apabila koneksi pressure gauge terbuka ke atmosfir dan menunjukkan nilai “0” maka gauge ini adalah jenis pressure gauge teknikal tetapi apabila menunjukkan nilai “1.013 bar / 14.7 psi” maka gauge ini adalah jenis pressure gauge mutlak.
Catatan: tekanan atmosfir bervariasi tergantung dimana kita melakukan pengukuran,. Tekanan 1.013 bar / 14.7 psi didapat jika pengukuran dilakukan di titik 0 meter dpl.
Jadi:
Tekanan mutlak = tekanan teknikal + tekanan atmosfir
Pressure Gauge standard untuk sistem pendingin selain terdapat skala tekanan, juga terdapat skala temperatur-nya. Yaitu hubungan antara tekanan dengan temperatur-nya.
Pada umumnya kita mengetahui bahwa titik didih air adalah 100 °C. Tetapi sebenarnya air juga bisa mendidih pada temperatur 25 °C atau pada titik temperatur yg lainnya mis. 45 °C.
Jadi titik didih air yg 100 °C itu adalah ketika tekanan yg bekerja pada air sebesar 1 atmosfir. Jika tekanan kita buat menjadi 2 atmosfir misalnya, maka air akan mulai mendidih pada temperatur yg lebih tinggi, yaitu 120 °C. Begitu juga sebaliknya apabila tekanan yg bekerja pada air tersebut dibawah 1 atmosfir maka titik didih air akan dibawah 100 °C.
Jadi titik didih suatu zat akan dipengaruhi oleh besarnya tekanan yg bekerja pada zat tersebut.
Air adalah refrigerant juga. Dalam sistem pendingin, air dipakai sebagai refrigerant tingkat kedua (secondary refrigerant). Biasanya digunakan pada Chiller system.
Seperti halnya refrigerant yg lebih umum dikenal seperti R-22, R134a, R404A atau yg lainnya, air juga memiliki kode refrigeran yaitu R-718.
Pressure gauge seperti gambar diatas adalah Pressure Gauge standard untuk sistem pendingin.
Dalam beberapa pressure gauge sering dimasukkan juga sejenis cairan yaitu glycerine yang berfungsi untuk meredam getaran jarum penunjuk, sehingga pembacaan bisa lebih stabil

Perawatan Korektif (Corrective Maintenance)




Perawatan korektif atau Corrective Maintenance (selanjutnya akan disebut “CM” dalam tulisan ini) merupakan tindakan perawatan untuk mengembalikan fungsi sebuah peralatan produksi yang mengalami kerusakan, baik ringan, sedang maupun parah, agar bisa melakukan fungsinya dalam mendukung proses produksi dalam sebuah plant atau pabrik. CM juga ada yang menyebutnya dengan istilah repair atau service. Pengertian versi wikipedia bisa diklik di sini.  Dalam dunia instrumentasi, contoh CM adalah pembersihan bore control valve karena tersumbat (plugging) dan lain-lain.
Contoh CM di rumah adalah jika mesin pompa air kita bocor, maka kita usahakan untuk menambalnya sebisa kita, misalnya dengan liquid gasket.
CM di plant/pabrik ada kalanya berbeda dengan CM untuk peralatan rumah tangga semisal mesin pompa air tadi.
Contoh: Kembali ke contoh di atas, misalnya pompa air kita mengalami kebocoran, maka sebisanya kita menambal kebocoran tersebut, karena kita berpikir itu adalah masalah yang bisa kita atasi tanpa perlu mengganti keseluruhan mesin pompa air. Andai kata kebocoran terjadi lagi, maka kitapun menambalnya kembali. Dan mengganti keseluruhan poma menjadi alternatif terakhir.
Pendekatan seperti contoh di atas adakalanya tidak bis kita terapkan di plant/pabrik dimana kita bekerja, bahkan untuk kasus tertentu, dinyatakan tidak boleh. Karena adanya tuntutan (demand) dan resiko (risk) yang berbeda dengan keadaan di rumah.
Plant memerlukan:
  1. Safety, baik untuk manusia, peralatan maupun lingkungan.
  2. Reliability, yaitu kehandalan yang harus dimiliki oleh peralatan.
  3. Availability, yaitu kesiapan peralatan agar selalu ada dalam keadaan siap pakai.
Berdasarkan keperluan di atas, pada kasus tertentu, perbaikan atau modifikasi terhadap sebuah peralatan tidak boleh dilakukan di plant. Kalaupun dilakukan CM, perbaikan atau modifikasi, maka harus dilakukan oleh vendor yang bersertifikat.
Contohnya adalah Antisurge Control Valve pada aplikasi kompresor, misalnya mengalami kebocoran pada packing set, memang dengan relatif mudah bisa kita (teknisi) lakukan, tetapi melihat pentingnya anti surge control valve baik sebagai fungsi control maupun sebagai fungsi safety, hal itu tidak boleh kita lakukan karena antisurge valve tersebut selain sebagai fungsi capacity control untuk kasus tertentu, juga sebagai fungsi safety untuk melindungi kompresor dari kerusakan mekanis yang lebih parah.
Jadi, walaupun kita bisa memperbaiki antisurge valve tersebut, jika terjadi kegagalan dan mengakibatkan kerusakan mekanis yang parah pada kompresor, bukan penghematan yang kita (perusahaan kita) dapatkan, tetapi perbaikan besar pada kompresor. Selain itu, ada faktor akuntabilitas dari pekerjaan tersebut, karena kita (teknisi) tidak bersertifikat untuk melakukan hal itu, paling tidak dari sudut pandang vendor kompresornya, dan urusannya akan panjang ke isu garansi dan sebagainya.
Pada kasus di atas, penggantian antisurge valve secara keseluruhan lebih diutamakan dan diharuskan dibanding dengan kita memperbaikinya sendiri. Karena penggantian sebuah antisurge valve yang “hanya” beberapa ratus ribu dolar tidak akan sebanding dengan biaya biaya perbaikan kompresor yang beratur-ratus ribu dolar, belum lagi Lost Production Opportunity yang membengkak sampai jutaan dolar.
Akan tetapi, jika kita menghadapi kerusakan pada sistem yang tidak begitu kritikal, boleh saja kita lakukan perbaikan sendiri, semisal mengganti packing set pada control valve tadi, yang diaplikasikan pada sistem yang tidak begitu krusial.
Jadi sebagai teknisi, kita jangan terlalu tergiur dengan kemudahan sebuah pekerjaan. Yang harus kita prioritaskan adalah mengetahui seberaba besar resiko yang akan timbul jika peralatan mengalami malfunction (gagal fungsi) baik dari sisi safety, reliability maupun availability. Sehingga mengganti keseluruhan sebuah peralatan patut dipertimbangkan dibanding dengan memperbaikinya.

Pngertian ukuran PK (HORSE POWER) pada AC


Untuk mengetahui kompresor 1 PK (atau lainnya), secara fisik agak susah, harus banyak pengalaman. Biasanya hal ini tidak bisa diajarkan secara teori. Saya sendiripun sulit membedakan yang 1/3 PK atau 1/2 PK. Akan tetapi, bila kita bisa melihat katalog, maka kita bisa tahu dari spesifikasinya. (Dengan mengetahui tipe saja, kita bisa mencari datanya di internet.)

Untuk memastikan apakah 1 PK itu 9000 Btuh atau bukan, memang kita harus mengujinya,  Biasanya pengujian berada pada kondisi tertentu (kadang ada standard-nya) sehingga kita bisa mengetahui kapasitas
kompresor tersbut.
Perlu difahami bahwa istilah PK adalah untuk menyatakan seberapa daya input kompresor/sistem tersbut, sedangkan Btuh, adalah istilah (tepatnya satuan) untuk menyatakan kapasitas pendinginan dari kompresor tersbut.
Bila ada yang menyatakan kompresor dengan PK tertentu berbeda Btuh-nya, artinya memang kompresor tersebut kinerjanya (Performance-nya) berbeda. Kadang kondisi pengujiannyapun berbeda. Kalau diminta memilih, maka cari yang Btuh/PK- nya (disebut EER atau COP) yang besar. Selain EER atau COP, perlu juga kita lihat (berdasarkan spesifikasi) jenis kompresornya, apakah untuk temperatur rendah atau untuk temperatur tinggi.
Menentukan panjang dan besar pipa condensor dan evaporator , umpamanya berapa panjang dan ukuran pipa condensor dan evaporator untuk compressor 1 pk etc
Jawab : Ini pertanyaan rada susah karena harus lebih detil, tapi saya coba jawab dengan garis besarnya saja. Karena yang diketahui adalah daya kompresornya (W) maka :
ke-1. Hitung kapasitas pendinginan (Qe), dimana Qe = EER x W
ke-2. maka dapat ditentukan Qe = UAdt, dimana U perpindahan kalor menyeluruh evaporator, A luas permukaan evaporator (bila pipa telanjang biasa maka A = 3,14 x Diameter pipa x panjang Pipa), dT beda temperatur fluida yang didinginkan dengan temperatur evaporasinya.
Dengan mengetahui U dan kondisi kerja sistem kita (tekanan evaporasi, yang menunjukkan temperatur evaporasinya, juga temperatur fluida yang didinginkan,) serta diameter pipa evaporator yang digunakan, maka kita dapat menghitung panjang evaporator.

Hal yang sama bisa kita lakukan untuk kondensor, dimana kita hitung dahulu besar kalor yang dilepas di kondensor (Qc), dimana Qc = HRF x Qe atau bisa juga digunakan Qc = (EER + 1) x W.
HRF adalah Heat rejection Factor, yaitu perbandingan kalor dilepaskan di kondensor dibandingkan dengan kalor diserap di evaporator.

Selanjutnya langka ke-2 digunakan untuk menghitung panjag kondensor.
Persoalan yang seringkali sulit adalah bagaimana menghitung U (baik untuk kondensor maupun evaporator).


=======================================================

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)


Tenaga Surya





Pembangkit listrik tenaga surya adalah ramah lingkungan, dan sangat menjanjikan. Sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik menggunakan uap (dengan minyak dan batubara).
Sistem energi pembangkti tenaga surya, mengurangi ketergantungan dunia akan bahan bakar fosil, bayangkan energi gratis dan terus-menerus yang bersumber dari bumi kita disediakan untuk kebutuhan energi dan dapat dihandalkan mengurangi pengeluaran daya,
dimana terus menjadi beban dalam kehidupan rumah tangga dan keuntungan bisnis anda.
Menggunakan listrik sendiri dari tenaga surya (mandiri) apakah memungkinkan? Bukankah PLN sudah menyediakan listrik yang lumayan murah? Apakah keuntungan menggunakan listrik mandiri?
Keuntungan menggunakan listrik mandiri dengan menggunakan solar panel / panel surya:
  • Merupakan energi terbarukan yang tidak pernah habis
  • Menghemat listrik dalam jangka panjang
  • Mengurangi pemanasan global
  • Bersih dan ramah lingkungan
  • Praktis tidak memerlukan perawatan
  • Umur panel surya yang panjang
  • Tidak tergantung dengan PLN
  • Sangat cocok untuk daerah tropis seperti Indonesia
Cara Kerja Solar Power  
Cara Kerja Solar Power

Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Karena pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari, maka perencanaan yang baik sangat diperlukan. Perencanaan terdiri dari:
  1. Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (Watt).
  2. Berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam Ampere hour), dalam hal ini memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang.
  3. Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari. (Ampere hour).
Dalam nilai ke-ekonomian, pembangkit listrik tenaga surya memiliki nilai yang lebih tinggi, dimana listrik dari PT. PLN tidak dimungkinkan, ataupun instalasi generator listrik bensin ataupun solar.
Komponen-komponen yang diperlukan untuk instalasi listrik tenaga surya, terdiri dari:
  1. Panel surya / solar panel
    Solar panel / panel surya mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Sel silikon (disebut juga solar cells) yang disinari matahari/ surya, membuat photon yang menghasilkan arus listrik.
    Sebuah solar cells menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan maksimum).
    Umumnya kita menghitung maksimum sinar matahari yang diubah menjadi tenaga listrik sepanjang hari adalah 5 jam. Tenaga listrik pada pagi – sore disimpan dalam baterai, sehingga listrik bisa digunakan pada malam hari, dimana tanpa sinar matahari. 
  2. Solar charge controller
    erfungsi mengatur lalu lintas dari solar cell ke baterai dan beban. Alat elektronik ini juga mempunyai banyak fungsi yang pada dasarnya ditujukan untuk melindungi baterai. 
  3. Inverter
    Inverter dalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC – direct current) menjadi tegangan bolak balik (AC – alternating current).
  4. Baterai berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya sebelum dimanfaatkan untuk menggerakkan beban. Beban dapat berupa lampu penerangan atau peralatan elektronik lainnya yang membutuhkan listrik.
Instalasi pembangkit listrik dengan tenaga surya membutuhkan perencanaan mengenai kebutuhan daya:
  • Jumlah pemakaian
  • Jumlah solar panel
  • Jumlah baterai
Lampu LED sebagai Penerangan Rumah
Saat ini sudah ada lampu hemat energi yang menggunakan DC seperti lampu LED. Bandingkan lampu LED 3 Watt setara dengan Lampu AC 15 Watt.
Kekurangannya adalah:
  • Instalasi kabel baru untuk lampu LED
  • Biaya pengadaan lampu yang lebih mahal.
Keuntungannya adalah:
  • Penggunaan energi yang kecil
  • Keandalan lampu LED 10 x lampu standard biasa
  • Penggunaan kabel listrik 2 inti.
Lampu ACLampu LED
Voltage220 VAC12 VDC
Watt15 Watt3 Watt
Lifetime6,000 jam50,000 jam
Harga± Rp. 25,000± Rp. 115,000

Perhitungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Perhitungan keperluan daya (perhitungan daya listrik perangkat dapat dilihat pada label di belakang perangkat, ataupun dibaca dari manual):
Penerangan rumah: 10 lampu CFL @ 15 Watt x 4 jam sehari = 600 Watt hour.
  • Televisi 21″: @ 100 Watt x 5 jam sehari = 500 Watt hour
  • Kulkas 360 liter : @ 135 Watt x 24 jam x 1/3 (karena compressor kulkas tidak selalu hidup, umumnya mereka bekerja lebih sering apabila kulkas lebih sering dibuka pintu) = 1080 Watt hour
  • Komputer : @ 150 Watt x 6 jam = 900 Watt hour
  • Perangkat lainnya = 400 Watt hour
Total kebutuhan daya =  3480 Watt hour
Jumlah solar cells panel yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 100 Watt (perhitungan adalah 5 jam maksimum tenaga surya):
Kebutuhan solar cells panel : (3480 / 100 / 5)  = 7 panel surya.
Jumlah kebutuhan baterai 12 Volt dengan masing-masing 100 Ah:
Kebutuhan baterai minimun (batere hanya digunakan 50% untuk pemenuhan kebutuhan listrik), dengan demikian kebutuhan daya kita kalikan 2 x lipat : 3480 x 2 = 6960 Watt hour = 6960 / 12 Volt / 100 Amp = 6 batere 100 Ah.
Kebutuhan baterai (dengan pertimbangan dapat melayani kebutuhan 3 hari tanpa sinar matahari) : 3480 x 3 x 2 = 20880 Watt hour =20880 / 12 Volt / 100 Amp = 17 batere 100 Ah.

Alat Penghemat Listrik?... Bohong!





Kepada teman-teman yang awam listrik perlu saya ingatkan terlebih dahulu hukum alam ini, dan bagi yang merasa pinter listrik mari kita kembali pura-pura awam agar enak membacanya, bahwa:


Arus DC
 
Arus DC atau singkatan dari Direct Current atau arus searah, adalah arus yang pada umumnya dihasilkan oleh Batteray, Solar Cell, Generator DC, Adaptor, dan sebenarnya masih banyak penghasil arus DC yang lain atau tidak umum, tetapi jarang dijumpai dalam kehidupan keseharian dan tidak ada korelasinya dengan pembahasan ini.

Untuk arus DC ini berlaku bahwa:

P = V * I (Watt)

P = Daya (dalam Watt)
V = Tegangan (dalam Volt)
I = Arus (dalam Ampere)

Jadi misalnya, sebuah aki mobil bertegangan 12 Volt, jika dihubungkan dengan lampu pijar dan diukur arusnya dengan menggunakan Amperemeter adalah 10 Ampere, maka daya yang diubah menjadi cahaya (dan panas) pada lampu pijar tersebut adalah = 12volt * 10Ampere = 120Watt. Mudah bukan?
 
Tapi ingat rumus diatas hanya berlaku untuk arus searah = DC!

Arus AC
 
Arus AC atau singkatan alternating current atau arus bolak-balik, adalah arus yang pada umumnya dihasilkan oleh PLN, dan sebenarnya masih banyak sumber yang lain tetapi itu di luar pembahasan ini.

Untuk arus AC ini berlaku bahwa:
 
Psemu = V * I (VA)
Pnyata = V * I * cos Φ (Watt)
Pbuta = V * I * sin Φ (VAR)
 
Psemu = Daya semu (dalam satuan Volt Ampere = VA)
Pnyata = Daya nyata (dalam satuan Watt)
Pbuta = Daya buta (dalam satuan VAR)
V = Tegangan (dalam Volt)
I = Arus (dalam Ampere)
Cos Φ = Faktor daya

Kok ada faktor daya (cos Φ) segala, nah kebingungan inilah yang dimanfaatkan oleh para penjual ”penghemat listrik” ini, sehingga anda tertipu, waktu di demo pada alat peraga, di depan mata anda kelihatan banget bahwa arus listrik akan turun dengan drastis saat ”alat penghemat” tersebut dipasang, tetapi ketika dibawa pulang kok bayar listriknya tetap saja…?, malahan nambah?.

Mari kita pelajari faktanya bareng-bareng.

1. Disebut arus bolak-balik, karena polaritas tegangan pada kedua penghantar / kabel berubah-ubah terus sepanjang waktu (makanya colokan listrik tidak ada plus minus nya seperti batteray), seringkali kita membaca 220V / 50Hz, nah… 50Hz itu berarti polaritas listrik akan berubah setiap 1/50 detik.

2. Beban listrik yang ada, mempunyai sifat :
·         Resistif, beban listrik yang lebih memiliki sifat resistif (walaupun ada unsur induktifnya juga) misalnya : bola lampu atau setrika listrik, yang terdiri kawat wolfram atau kawat nikelin yang dapat membara atau panas ketika dialiri listrik.
·         Induktif, misalnya : motor penggerak pompa air, lampu TL dengan ballast, kulkas, freezer, AC, TV, Peralatan Audio Video, Radio, Kipas angin
·         Kapasitif, yaitu : Kapasitor.
3. Listrik arus bolak-balik yang terhubung dengan beban induktif, maka Arusnya akan tertinggal terhadap Tegangannya (dalam bahasa inggrisnya disebut Lagging), nah besarnya sudut tertinggalnya inilah yang disebut dengan faktor daya atau cos Φ itu tadi dimana semakin kecil nilainya akan semakin buruk. Besarnya faktor daya tersebut selalu dibawah angka 1 dan pada kondisi yang terburuk bisa mencapai hanya 0.6. Nah celakanya, peralatan listrik rumah tangga pada umumnya bersifat induktif.
 
4. Untuk memperbaiki faktor daya = cos Φ, yaitu dengan ”melawan” sifat induktif itu tadi, yaitu dengan memasangkan alat yang bernama kapasitor secara paralel dengan beban.

Sampai disini sudah OK, lha terus hubungannya rumus-rumus yang memusingkan diatas dengan faktor daya = cos Φ dengan alat penghemat tadi apa…?, mari kita lihat faktanya bersama-sama :
 
KUNCINYA kalau kita gambarkan adalah sebagai berikut:


  
Misalnya:

Sebuah lampu 20Watt terhubung pada tegangan listrik 220V, (dengan faktor daya = 0.766, kalau dihitung pakai kalkulator ketemu 40 derajat, dan sin Φ=0.643) maka :

Pnyata = V * I * cos Φ
Sehingga I = Pnyata / (V * cos Φ)
= 20 / (220 * 0.766)
= 0.119 Ampere
 
Nilai inilah yang ditunjuk oleh ampere meter!
 
Psemu = V * I
= 220 * 0.119
= 26,11 VA
Pbuta = V * I * sin Φ
= 220 * 0.119 * 0.643
= 16.83 VAR

Kalau anda ragu-ragu dengan hitungan diatas, coba test dengan rumus ABC waktu yang diajarkan bapak guru waktu masih SMP, yaitu :

Psemu2 = Pnyata2 * Pbuta2
26.112 = 202 + 16.832

Kemudian dipasangkan kapasitor (yang ternyata disebut-sebut sebagai alat penghemat listrik itu), sehingga faktor dayanya naik menjadi 0.940, (kalau dihitung dengan kalkulator ketemu 20 derajat dengan sin Φ = 0.342), maka kalau digambarkan lagi menjadi :

  

Pnyata = V * I * cos Φ
Sehingga I = Pnyata / (V * cos Φ)
= 20 / (220 * 0.940)
= 0.097 Ampere

Nilai inilah yang ditunjuk oleh ampere meter!

Psemu = V * I
= 220 * 0.097
= 21.27 VA
Pbuta = V * I * sin Φ
= 220 * 0.097 * 0.342
= 7.30 VAR

Terus berapa nilai kapasitor yang ditambahkan oleh alat penghemat tadi…?, gampang saja, yaitu: 16.83 VAR-7.30 VAR = 9.53 VAR.

Hebat bukan?...
Hanya dengan menambahkan kapasitor saja, arus listrik yang terukur oleh amperemeter pada alat peraga penjual ”penghemat listrik” itu bisa turun dari 0.119 Ampere menjadi 0.097 Ampere = 0.022 Ampere, tentunya ini yang membuat anda rela merogoh kocek, sedangkan mereka tidak berani memasangkan Watt meter, yang pastinya akan tetap menunjuk pada 20 Watt, atau bahkan VARmeter yang malah bikin bingung lagi.

Masih bingung?...
Meteran listrik yang terpasang di rumah kita itu mengapa disebut KWH meter, karena digunakan untuk mengukur WATT bukan VA, yang kita bayar ke PLN itu adalah Watt bukan VA.

K = Kilo = perkalian 1000
W = Watt,
H = Hour = Jam

Jadi untuk listrik arus bolak-balik, ARUS LISTRIK dalam satuan AMPERE bukan satu-satunya faktor pengali penting dalam pengukuran daya, tetapi masih ada FAKTOR DAYA atau COSΦ. Sesuai dengan rumus Pnyata = V * I * cosΦ (Watt)

Jadi dengan penambahan alat penghemat listrik, walaupun arusnya turun, kalau cos Φ nya naik, maka nilai Watt nya akan tetap, dan bahkan apabila nilai kapasitor yang ditambahkan berlebihan, misalnya dikarenakan anda terlalu bersemangat untuk ”berhemat” sehingga menambahkan kapasitor dengan sebanyak-banyaknya, maka justru kapasitor itu akan menarik arus, itulah sebabnya mengapa pembayaran listrik adan tidak malah ngirit, tetapi malah memboros…..!

Mengapa pabrik - pabrik memasang kapasitor?
Nah ini yang membuat anda terkecoh…!,
Pabrik-pabrik yang menggunakan daya tinggi sampai ukuran Mega Watt, oleh PLN memang diwajibkan untuk memperbaiki faktor dayanya, kalau tidak maka akan kena denda, nah ini yang lain dengan pelanggan rumahan yang tidak terkena dampak denda karena faktor daya, makanya anda tidak perlu pusing-pusing memperbaiki faktor daya, itu sudah tugas PLN.

PLN menetapkan batas minimal faktor daya agar tidak terkena denda VAR bagi pelanggan Industri, dan meteran yang terpasangpun lain dengan pelanggan rumahan, karena dilengkapi pula dengan KVARmeter.

Mengapa PLN menetapkan batas faktor daya?
Karena PLN ingin saluran transmisinya effisien, begini ceritanya: berdasarkan contoh hitung-hitungan diatas sudah terbukti bahwa kalau untuk beban lampu yang 20Watt saja, dengan memperbaiki faktor daya, terdapat penurunan arus sebesar 0.022 Ampere. Coba kalau 20 MegaWatt?, maka :
·         Nilai Ampere ini berpengaruh terhadap besarnya kabel yang harus digunakan oleh PLN untuk menyalurkan dayanya. Dengan daya yang sama, apabila faktor dayanya jelek, maka arusnya akan lebih besar, tentunya harus digunakan kabel dengan ukuran diameter yang lebih besar yang artinya lebih mahal.
·         Dengan arus yang besar, rugi-rugi saluran yang timbul dalam saluran transmisi akan semakin besar juga, sesuai dengan rumus :
Psaluran = I2 * R
Dimana: Psaluran = rugi-rugi yang ditimbulkan oleh panas pada saluran transmisi dalam satuan Watt, I = arus dalam satuan Ampere, R = resistansi saluran dalam satuan OHM. Ingat, karena I di kuadratkan, perbedaan kecil akan menjadi faktor pengali penting.
Bagaimana menghemat listrik?
Bagi pelanggan rumahan tidak perlu repot-repot memasang kapasitor, dan jangan terlalu risau faktor daya dan dengan rugi-rugi saluran!. Misalnya rumah anda sepanjang 100 meterpun tida usah risau, beban yang terjauhpun paling-paling hanya lampu 10Watt yang terpasang di kandang ayam!.
·         Gunakan kabel dengan ukuran yang cukup, lebih besar-lebih baik, karena panas yang timbul pada kabel karena kabel terlalu kecil, itulah yang disebut dengan rugi saluran. Untuk listrik rumah dengan daya 900VA, minimal gunakan kabel 2mm, dan 2.5mm untuk daya 1200VA pada saluran utamanya. Gunakan kabel dengan kualitas baik, apabila memungkinkan dana anda, gantilah kabel NYM dengan kabel NYY-HY yang mempunyai kualitas isolasi lebih baik.
·         Gunakan sakelar, fitting, stop kontak dengan kualitas baik, sehingga tidak timbul panas pada kontak-kontak sentuh.
·         Gunakan lampu hemat energi, lebih mahal sedikit atau bahkan dengan harga 5 kali lipat tidak masalah, apabila lebih awet 10 kali dan lebih hemat 15 kali. Hindarkan pemakaian ”lampu pijar”.
·         Hindarkan pemakaian alat listrik memakan banyak daya, misalnya dispenser yang dilengkapi panas / dingin, kompor listrik, water heater, magic mug, radio tabung, TV-eropah, dan lain-lain.
Maka dari itu, mulai saat ini jangan percaya dengan iklan alat penghemat listrik. Namun demikian bagi anda yang sudah terlanjur membeli alat tersebut, jangan merasa bersalah banget-banget, saya maklum karena penjual alat tersebut dibekali dengan cara-cara dan kalimat-kalimat iklan yang cukup membius, tetapi bapak-bapak dan ibu-ibu seharusnya setelah membaca keterangan saya diatas sudah mempunyai pegangan sehingga tidak goyah lagi imannya untuk membeli alat yang dapat mengurangi pembayaran listrik


Sumber : jakatriana.blogdetik.com